AMOID EXPAS
Experience Part Of Science
Sabtu, 22 Maret 2014
Jumat, 14 Maret 2014
Aplikasi Chatting Android
Android Apps.
Android adalah
sistem
operasi berbasis Linux yang dirancang untuk perangkat seluler layar sentuh
seperti telepon pintar dan komputer
tablet.
Android awalnya dikembangkan oleh Android, Inc., dengan dukungan finansial dari
Google,
yang kemudian membelinya pada tahun 2005.
Sistem operasi ini dirilis secara resmi pada tahun 2007, bersamaan dengan
didirikannya Open Handset Alliance, konsorsium dari
perusahaan-perusahaan perangkat keras, perangkat lunak, dan
telekomunikasi yang bertujuan untuk memajukan standar
terbuka perangkat seluler.
Ponsel
Android pertama mulai dijual pada bulan Oktober 2008.
Android
terkenal dengan aplikasinya yang mantab abiz gan .. bisa buat chat browsing
bahkan sampai editing gan .. berikut beberapa aplikasi chatting yang bisa
kalian download gan .. free
Minggu, 09 Maret 2014
Kamis, 30 Januari 2014
Download Murattal Al-Qur’an Qari Ziyad Patel
Penelitian ilmiah pengaruh bacaan al Qur’an pada syaraf, otak dan organ tubuh lainnya. Subhanallah, menakjubkan!
"Tak ada lagi bacaan yang dapat meningkatkan terhadap daya ingat dan
memberikan ketenangan kepada seseorang kecuali membaca Al-Qur'an...".
Dr. Al Qadhi, melalui penelitiannya yang panjang dan serius di Klinik
Besar Florida Amerika Serikat, berhasil membuktikan hanya dengan
mendengarkan bacaan ayat-ayat Alquran, seorang Muslim, baik mereka yang
berbahasa Arab maupun bukan, dapat merasakan perubahan fisiologis yang
sangat besar.
Penurunan depresi, kesedihan, memperoleh
ketenangan jiwa, menangkal berbagai macam penyakit merupakan pengaruh
umum yang dirasakan orang-orang yang menjadi objek penelitiannya.
Penemuan sang dokter ahli jiwa ini tidak serampangan. Penelitiannya ditunjang dengan bantuan peralatan elektronik terbaru
untuk mendeteksi tekanan darah, detak jantung, ketahanan otot, dan
ketahanan kulit terhadap aliran listrik. Dari hasil uji cobanya ia
berkesimpulan, bacaan Alquran berpengaruh besar hingga 97% dalam
melahirkan ketenangan jiwa dan penyembuhan penyakit.
Semoga Bermanfaat ...
Silahkan saudara-saudariku yang baik, yang mau share atau co-pas,
atau download bacaan al quran ziyad fatel bisa langsung klik lik-link di bawah ini dengan senang hati. Semoga bermanfaat. Semoga pula Allah Ta'ala berikan
pahala kepada yang membaca, yang menulis, yang menyebarkan, yang
mengajarkan dan yang mengamalkan… Aamiin, Aamiin, Aamiin ya Alloh ya
Rabbal’alamin …
Rabu, 29 Januari 2014
Metode pendidikan islam
A.
Urgensi
Pendekatan dan Metode dalam Studi Islam
Beberapa metode dan pendekatan diperlukan dalam memahami Islam
karena islam sebagai agama itu tidak boleh hanya dipahami melalui pintu wahyu
saja, akan tetapi perlu dipahami melalui pintu pemeluknya atau pengikutnya.
Dengan kata lain, memahami islam itu bukan berarti hanya mencari kebenaran
teologis atau filosofis, tetapi juga mencari bagaimana islam itu ada dalam
kebudayaan dan sistem sosial berdasarkan fakta atau realitas sosio-kultural.
Selama ini ada dua model kajian islam yang di lakukan :
1.
Kalangan muslim
sendiri
Kelompok
ini menggunakan pendekatan yang di sebut fideistice subjectivism/ al_’aql
al_dini al_lahuti ( pemikiran teologis-normatif).
Pendekatan
ini berupaya memahami agama secara literal, yaitu dengan menggunakan kerangka
ilmu ketuhanan yang bertolak dari suatu keyakinan. Dan sering kali membawa
dampak ketersekatan umat. Di dalam sejarah pemikiran islam klasik memunculkan
bebrapa bentuk aliran pemikiran diantaranya adalah mu’tazilah, as_aryah dan
maturidiyyah masing-masing dari pemikiran itu menyuguhkan bentuk islam yang
berbeda dan terkadang menyalahkan satu sama lainnya.
2.
Kalangan
orientalis (barat)
Kelompok
ini menggunakan pendekatan yang disebut scientific objectivism/ al_aql
al_falsafi (pemikiran filsafat)
Pendekatan
ini membahas berbagai peristiwa dengan memperhatikan unsur tempat, waktu,
obyek, latar belakang dan pelaku dari peristiwa tersebut. Pendekatan ini amat
dibutuhkan dalam memahami islam, karena islam itu turun dalam situasi yang
konrit bahkan berkaitan dengan kondisi sosial kemasyarakatan. Maka di dalam
Al_qur’an ditemukan berbagai macam kisah sejarah yang dapat dijadikan sebagai
patokan dalam memahami dalam ajaran islam dan juga dapat ditemukan istilah
asbab al-nuzul dalam memahami ayat-ayat yang berkaitan dengan hukum fiqh dan
lain-lainnya.
Dalam
kajiannya, mereka tidak berangkat dari sebuah keyakinan sebagaimana yang
dilakukan oleh kalangan muslim, akan tetapi dari sebuah asumsi interpretasi yang
dikaitkan dengan teori dan persepektif metodelogi tertentu,sehingga hasil
interpretasi mereka sering tidak sesuai dengan keyakinan kalangan muslim
sebelumnya.
Menurut
Mohammad Said Al Asmawi, disinilah letak problem dalam kajian keislaman, dimana
ketika umat islam mengkaji hasil pemikiran mereka, lebih banyak berpedoman pada
keyakinan (keimanan) daripada tataran metode penelitian ilmiah,lebih banyak
bersandar pada emosi (intuisi) daripada rasio sikap semacam inilah yang
melahirkan aksi-aksi teror dan masalah takfir (tuduhan kafir terhadap
seseorang). Oleh karena itu, memahami islam dengan menggunakan teologis mata
tidak dapat memecahkan masalah esensial pluralitas agama islam saat ini.
Terlebih lagi kenyataan mengungkapkan bahwa kemunculan pemikiran teologis tidak
pernah lepas dari jaringan institusi atau kelembagaan sosial masyarakat yang
ada di sekitarnya. Kepentingan ekonomi, sosial dan politik selalu menyertai
pemikiran teologis yang sudah mengelompok dan mengkristal dalam satu komunitas
masyarakat tertentu. Pendekatan teologis ini selalu menggunakan cara berfikir
deduktif dalam memahami agama yaitu cara berfikir yang berawal dari keyakinan
yang diyakini benar dan mutlak adanya, karena ajaran yang berasal dari Allah
sudah pasti benar. Dimulai dari suatu keyakinan yang selanjutnya diperkuat
dengan dalil-dalil dan argumentasi.
B.
PERKEMBANGAN MODEL PENDEKATAN DALAM STUDI ISLAM
Perkembangan dan pengaruh global terhadap penduduk muslim dunia
menyebabkan islam mendapat perhatian besar dalam studi agama. Dalam sudut
pandang ini islam merupakan persoalan yang perlu dielaborasikan dalam diskusi
dan pembahasan para pelajar dibidang studi agama.
Studi islam sebagai sebuah disiplin yang mempunyai akar yang kokoh
dikalangan sarjana muslim dalam tradisi keilmuan tradisional. Ketika terjadi
kontak antara orang kristen dan orang islam itu lebih diwarnai oleh tujuan
polemik karena islam difahami oleh kalangan orientalis dengan pemahaman yang
tidak layak. Dan pada ahirnya menemukan titik dimana studi islam memperoleh manfaat
besar dari perkembangan metodologi dan kajian ilmiah di barat.
Oleh karena itu dalam mengkaji islam ditemukan multiplisitas
pendekatan dan metode yang saling melengkapi dan mengisi secara kritis –
komunikatif. Sebagai contoh, dalam studi tentang data keagamaan seperti Al
Qur’an, teks-teks klasik dan interpretasi tentang makna-makna keagamaan,
meskipun pendekatan dan metode yang digunaakan sama kesimpulan ilmiahnya bisa
berbeda, karena ada sensibilitas yang berbeda antara satu peneliti dengan
peneliti lainnya.
Kalau dilacak sejarah pertumbuhan studi islam ketika abad ke-19
yang lebih menekankan pada tradisi filologi yaitu dari kalangan pakar bahasa,
ahli teks-teks kunci klasik. Yang melalui bahasa dan teks itu mereka dapat
memahami gagasan dan konsep utama yang membentuk umat islam tanpa memahami
konteks. Melalui pendekatan pendekatan filologis ini memiliki keterbatasn
diantaranya adalah penekanannya yang eksklusif terhadap teks. Dunia islam
difahami melalui cara yang tidak langsung yaitu dengan tidak melakukan
penelitian tentang kehidupan masyarakat muslim yang ada di masyarakatnya,
tetapi melalui prisma teks yang umumnya berasal dari tradisi intelektual klasik
islam. kajian ini berfokus pada tulisan muslim akan tetapi bukan pada muslimnya
sendiri. Inila yang menyebabkan para filolog banyak melakukan kesalahan dalam
memahami makna data keagamaan. Meskipun demikian pendekatan ini sangat membantu
dalam membuka kekayaan daftar materi keislaman dari dokumen lama, karena
melakukan studi terhadap islam tanpa menguasai bahasa arab.
Pada masa berikutnya para pengkaji mulai menyadari kelemahan kajian
filologi, sehingga muncullah kajian sains. Yang berpendapat bahwa kajian
tentang masyarakat harus diupayakan melalui tetode sains seperti yang di fahami
oleh ilmuan sosial. Pendekatan ini berdasarkan pada sebuah keyakinan bahwa
semua masyarakat akan mengalami proses perkembangan historis. Kelemahannya yang
pertama adalah perhatian yang lebih pada fungsi daripada bentuk atau muatan
kultural dari institusi sosial, jadi kelompok ini mencoba bencari jalan pintas.
Yang kedua yaitu selalu mengesampingkan keunikan masyarakat, menyamakan smua
masyarakat di dunia yang berjalan di atas rute yang sama menuju modernitas.
Dari kekurangan yang
dimiliki oleh dua pendekatan tersebut,
tampak jelas akan perlunya suatu pendekatan yang dapat menghindari
keterbatasan dari masing-masing pendekatan tersebut, bahkan mengkombinasikan
dan mengembangkan lebih jauh kekuatan keduanya. Maka muncunlah pendekatan lain
yang dimunculkan oleh para pengkaji islam diantaranya adalah pendekatan
fenomenologi.
C.
KONSTRUKSI
TEORI DAN PENDEKATAN DALAM STUDI
KE-ISLAMAN
Seiring dengan perkembangan zaman sebagai akibat dari luapan arus
informasi dalam era ilmu dan teknologi masyarakat islam membutuhkan masukan dari
kajian keagamaan yang lebih segar, yang tidak selalu bersifat teologis -
normatif, tetapi juga menginginkan masukan dari kajian yang bersifat fistoris –
kritis.
Konstruksi adalah cara membuat bangunan-bangunan. Teori berarti
pendapat yang dikemukakan sebagai suatu keterangan mengenai suatu peristiwa.
Ilmu penelitia teori-teori itu pada hakikatnya merupakan pernyataan mengenai
sebab akibat.
Jadi, teori adalah alat terpenting bagi suatu ilmu pengetahuan.
Tanpa teori berarti hanya ada serankaian fakta atau data saja dan tidak ada
ilmu pengetahuan. Fungsi teori adalah menyimpulkan generalisasi fakta-fakta,
memberi kerangka orientasi untuk analisis dan klasifikasi fakta-fakta,
meramalkan gejala-gejala baru, mengisi kekosongan pengetahuan tentang
gejala-gejala yang telah ada atau yang sedang terjadi. Teori tentang agama
islam telah banyak dilakukan oleh para ahli.
Sementara itu yang dimaksud pendekatan adalah cara pandang para
dikma pada suatu bidang ilmu yang digunakan untuk memahami agama. Meskipun
pendekatan dan metode yang digunakan sama, kesimpulan ilmiahnya cenderung
berbeda karena ada praduga dan sensibilitas yang berbeda. Situasi yang sama
terjadi pada studi tentang agama dan budaya selain islam.
Dalam studi agama dikenal dua jenis pendekatan, yaitu pendekatan
seorang beleiver/insider, dan pendekatan seorang historian atau
outsider. Pendekatan seorang mukmin dan pendekatan seorang kritis. Secara
garis besar pendekatan dalam studi islam dapat dibedakan menjadi pendekatan
normatif dan pendekatan deskriptif.
D.
PERAN ILMU SOSIAL
DALAM MEMAHAMI ISLAM
Arkun menyatakan perlunya perbaikan terhadap hasil dari beberapa
kajian keislaman yang dilakukan oleh beberapa pihak ; Pertama, Oleh kalangan
muslim ( al-islamiyyun ), yang tidak setuju dengan pendekatan sosiologis baik
dari sisi metodelogis, terminologis serta problematikanya untuk digunakan dalam
kajian keislaman. Kedua, Oleh para orientalis yang dalaam kajiannya, analisis
yang digunakannya tidak terlalu mendalam ( la yafham al-bu’du al-dini ), dimana
mereka hanya berangkat dari beberapa contoh dan kondisi sejarah yang berbeda
dan mengkajinya dari sudut pandang ilmu-ilmu sosial semata, yang itu merupakan
produk dari barat.
Arkun menyatakan bahwa para pengkaji islam harus keluar dari sikap
spesialisasi keilmuan yang sempit, karena sikap seperti itu dapat menyebabkan
terpisahnya seorang ilmuan dari ilmuan lainnya. Sehingga tidak mampu
menghadirkan sebuah pemahaman yang benar dan menyeluruh dari peristiwa yang
terjadi dimasyarakatnya. Faktor yang mendorongnya untuk tidak menyukai sikap
spesialisasi yang sempit karena hal itu dapat menyebabkan penyudutan obyek
kajian dan memberikannya suatu gambaran yang sepotong, tidak menyeluruh. Dan
jika semua ilmu sosial saling mendukunng
satu sama lainnya, maka akan dapat menghadirkan sebuah pandangan yang
universal tentang suatu masyarakat.
Karena selama ini seorang sosiolog hanya disibukkan oleh dunniannya
sendiri, ilmuan bahasa, seorang antropolog juga demikian dan seterusnya. Tidak
ada satu pun yang saling berkomunikasi untuk menyampaikan hasil pemikirannya
yang kemudian digabungkan dalam satu kesimpulan. Padahal, berbagai macam
metodologi dan variasi ilmu akan membantu dalam memahami sebuah gerakan yang
muncul dimasyarakat dan faktor yang memunculkannya.
Secara sederhana, dapat disimpulkan bahwa kekurangan dari beberapa
kajian yang dilakukan oleh barat, terutama tentang fundamentalisme islam adalah
miskinnya analisis atau epistemologi. Maksudnya, barat sering berkeyakinan
bahwa umat islam sebagai lembaga yang bertanggung jawab atas semua peristiwa, padahal
disana ada beberapa faktor lain seperti sosiologis, politis dan ekonomi.
Maka untuk memahami masyarakat Arab atau Islam pada masa kini,
dibutuhkan metodologi nalar baru yang pluralis sesuai dengan segala masyarakat
progresif, komparatif, revolusioner, memiliki sifat terbuka, sistematis,
memiliki analisa yang luas, universal. Nalar ini oleh Arkun disebut nalar
falsafi (al-‘aql al-falsafi) nalar ini adalah lawan dari nalar teologis
(al-‘aql al-dini). Nalar teologis ini berakibat pada sakralisasi pemikiran
keagamaan, dan pemikiran semacam inilah yang memunculkan gerakan fundamentalisme
dalam setiap agama-agama.
Struktur fundamental dari al-‘aql al-falsafi adalah logis dan
kritis. Sementara stuktur fundamental dari al-‘aql al-dini adalah teks atau
wahyu. Maka wajib bagi ilmuan sosial untuk membongkar paradigma itu, karena
banyak sekali para peneliti yang tidak peduli dengan hal ini dalam melakukan
kajian tentang islam.
Peran pemikiran islam telah dikalahkan oleh sebuah pembenaran atas sebuah keimanan dan posisinya telah
diselewengkan dari posisi yang sebenarnya oleh pihak penguasa dan tokoh-tokoh
agama. Pemaksaan teologis dan politis itu pun masih terus berlanjut hingga sekarang.
Ironisnya, semua yang dilakukan oleh tokoh-tokoh agama yang memiliki kedekatan dengan penguasa. Maka pada
abad ke-19, warisan yang diperoleh oleh aliran skolastik adalah warisan yang
miskin, dimana kekuasaan Utsmani menyatakan sebagai kekuasaan Tuhan.
Oleh karena itu Arkun menawarkan teori baru dalam mengkaji Islam
dengan menggunakan pendekatan multi-interdisipliner; filsafat, sosiologi,
antropologi, sejarah, kritik literal. Teori ini yang kemudian disebut dengan
istilah al-‘aql al-jadid al-istithla’i.
Jika merespon kolonialisme bangsa Eropa terdapat banyak pandangan.
Kalau dijabarkan ada tiga hal yang harus dilakukan; modernisasi, nasionalisasi
dan revivalisasi. Tiga hal inilah yang menciptakan sejarah modern islam. Dari
tiga hal tersebut muncullah di dunia islam kelompok-kelompok keagamaan yang
disebut dengan Islamic revivalism. Gerakan ini bisa dibagi menjadi empat;
wahhabiyyah,NU-Muhammadiyyah, jama’ah Jihad di Pakistan dan FPI.
Gerakan di atas bisa dilihat dari masing-masing bentuk institusi
dan spiritualnya. Maka dari keempat gerakan tersebut, dalam dunia Islam muncul
dua bentuk pendidikan; tradisional dan modern. Dari berbagai macam bentuk
pemikiran yang muncul, maka perlu kiranya dibedakan antara pemikiran Islam dan
Islam.
M. M. Abu Rabi’ menawarkan perlunya bantuan ilmu-ilmu sosial bagi
para pengkaji ilmu-ilmu keislaman guna mempertajam analisisnya tentang fenomena
yang terjadi di dunia Islam. Sosiologi dapat digunakan sebagai salah satu
pendekatan dalam memahami Islam, karena banyak sekali ajaran Islam yang
berkaitan dengan masalah sosial. Reaksi yang sering muncul terhadap pendekatan
sosial adalah karena tercabutnya beberapa referensi transendental dan
diturunkannya ke dalam dunia material.
Hilangnya ilmu-ilmu sosial dan filsafat kritik dari lapangan ilmu
Shari’ah bisa dilihat dari fakta, bahwa semua pelajar dari dunia Islam (Timur),
yang mendapatkan kesempatan untuk belajar ke Barat, hanya belajar tentang
ilmu-ilmu pasti dan administrasi bisnis, yang lepas nilai atau bebas kritik.
Karena mereka beranggapan bahwa ilmu sosiologi agama merupakan ilmu yang bisa
membawa pengkajinya ke dalam bid’ah. Hal inilah yang perlu dirubah dari
pemikiran-pemikiran umat islam dimasa sekarang.
E.
INWARD
EXPERIENCE DAN OUTWARD BEHAVIOUR DALAM KAJIAN ISLAM
Pemahaman mengenai konsep Islam didalam
kalangan umat Islam terdapat perbedaan. Perbedaan tersebut dikarenakan ada
konsep-konsep Islam yang tidak tercover. Sehingga menimbulkan kesulitan dalam
mengkaji Islam.
Menurut Charles J. Adams, konsep Islam dapat dilihat dari perspektif
sejarah yang terus berproses, berubah dan berkembang untuk merespon segala
bentuk realitas dalam kehidupan manusia.
Ada dua pendekatan yang digunakan untuk memahami konsep Islam menurut
Charles J. Adams. Pendekatan tersebut yakni Inward
Experience dan Outward Behaviour.
Inward Experience merupakan dimensi batin dalam agama, suatu
wilayah kesadaran, perasaan dan tanggung jawab yang bersifat personal atau
tidak dapat dikomunikasikan.[1]
Outword behaviour merupakan dimensi eksternal yang dapat
diamati dan dikomunikasikan. Dimensi eksternal bisa dilihat dari aspek sosial
dan sejarah.[2]
Adapun dalam memahami konsep Islam menggunakan metode filosofis. Dengan
metode ini diharapkan mampu mengambil inti dari ajaran Islam dan dipahami
secara seksama. Sehingga dalam pengamalan agama, seseorang tidak terperangkap
dalam formalistik, yakni mengamalkan dengan susah payah namun tidak memiliki
makna.
Selain Inward Experience dan Outword Behavior, Adams juga menawarkan
beberapa pendekatan dalam memahami Islam antara lain normative dan descriptive.
Pendekatan normatif biasa dikaitkan dengan komitmen keagamaan dan
bertujuan mengajak orang lain untuk masuk ke dalam agamanya. Pendekatan yang
berdekatan dengan perspektif normatif antara lain:
1. The Traditional Missionary Approach
The traditional missionary approach ini muncul ketika booming
missionaris dari sebagian umat, sekte, gereja, di Asia dan Afrika pada abad ke
19.
2. The Muslim Apologetic Approach
Pendekatan ini cenderung untuk
membanggakan masa lalu, yang digunakan sebagai fondasi dalam menghadapi
modernitas. Selain untuk menjawab hegemoni politik Eropa, pendekatan ini juga
untuk menjawab tantangan intelektual Eropa yang berkaitan dengan ajaran Islam
seperti jihad, poligami, kedudukan wanita, perbudakan dan lain-lain. Pendekatan
ini merupakan pembelaan diri terhadap ancaman tantangan dan kritik dari luar.
Apologi ini memiliki sisi positif dan negatif sebagai berikut.
Positif:
-
Apologisme bisa dijadikan inspirasi dan mendorong
dinamisme social.
-
Menjadi sumbangan cultural dan spiritual untuk
menyusun suatu sistim sosio cultural yang viable.
-
Bisa mendatangkan kenyamanan psikologis
Negatif:
-
Mengabaikan realitas social.
-
Mencerminkan sikap raksioner
Sikap reaksioner ini seringkali mengorbankan
nilai-nilai ilmiah dan outputnya bersifat tidak kreatif, bahkan memberikan
jawaban yang tidak konkrit terhadap tantangan yang ada.
3. Irenic Approach
Irenic Approach merupakan pendekatan yang dibangun untuk membentuk sifat
saling simpatik antar agama dan bangsa. Pendekatan ini muncul pada awal tahun
perang dunia II.
Pendekatan deskriptif adalah pendekatan yang terdiri atas pendekatan
filologis (philological approach).
Pendekatan filologis yakni pendekatan yang menitikberatkan pada bahasa.
Social scientific approach merupakan pendekatan ilmu social yang
dipengaruhi oleh beberapa factor. Pertama, keyakinan tentang adanya kemungkinan
dan hasrat untuk bersikap obyektif terhadap kekuatan yang membentuk perilaku
manusia. Kedua, yakni kecenderungan untuk mendekati kajian tentang manusia
dengan membagi aktivitas mereka ke dalam segmen-segmen yang berlainan.
Pendekatan
fenomenologis merupakan suatu usaha untuk mendekati agama secara ilmiah sebagai
fenomena sejarah yang paling penting dan universal. Bisa dicermati bahwa dalam
pemikiran tersebut, Adams menganggap bahwa selama ini para peneliti agama,
termasuk di dalamnya Islam masih banyak dipengaruhi oleh kecenderungan
teologis.[3]
Dari pemikiran
tersebut, tampaknya Adams mengeneralisasikan bahwa dalam memahami setiap agama,
bahkan Islam agar memilih pendekatan fenomenologi sebagai jalan satu-satunya.
Selain itu,
Adams juga beranggapan bahwa Islam as a
history, selalu berkembang dan berubah. Tentu pandangan ini suatu kesalahan
yang amat besar, karena Islam sejak awal telah sempurna. Segala hal yang telah
ditetapkan dalam Islam, baik itu berkenaan dengan syari’at ataupun aqidah semua
telah tercantum dalam Al-Qur’an dan tidak akan mengalami suatu perubahan.
Namun, tak dapat dipungkiri, bahwa ilmu dalam Islam memang akan terus
berkembang seiring perkembangan zaman.
Jadi, kritik
Adams disini adalah terjadinya pertentangan antara historian dan essensialist
yang menyamakan sesuatu dengan penglihatan yang umum.
selipan link download buat anak smk
selipan link download buat anak smk
Langganan:
Postingan (Atom)